Mursyid ‘Saya Dikorbankan’ Effendi

Sikap pengecut ditunjukkan dua tim nasional sepakbola yaitu dari Thailand dan Indonesia yang ingin menghindari dari tuan rumah penyelenggara Piala AFF 1998, Vietnam. Dua tim yang dikenal hebat dalam persepakbolaan Asia Tenggara ternyata mampu ‘menghibur’ penonton dengan permainan yang tidak sportif bahkan mendapat kutukan dari penggemar mereka sendiri.

Menyedihkan sekaligus memilukan, hanya karena ingin mendapat lawan yang mudah di babak berikutnya akhirnya mengorbankan sportifitas.

dipodwijayas.blogspot.com-Mursyid_Saya_Dikorbankan_Effendi

Mursyid Effendi menjadi ‘bintang’ pada pertunjukkan ini akibat gol ‘bunuh diri’-nya di menit ke 90 agar Thailand unggul dan melaju ke Semi Final untuk menghadapi Vietnam. Indonesia memang berhasil menghindari Vietnam di Semi Final dan ‘hanya’ bertemu dengan Singapura di babak berikut namun tidak mendapatkan apa-apa kecuali hujatan dan denda yang cukup besar dari badan sepakbola dunia (FIFA). (Untuk melihat gol ‘spektakular’ tersebut silakan lihat di sini.)

Setelah sekian lama ‘drama’ ini berlalu, Mursyid Effendi memang tidak banyak bicara dan memilih untuk terus melanjutkan hidupnya namun ia merasa menjadi korban dalam tragedi yang dikenal dengan ‘Sepakbola Gajah’. Ia mengungkapkan bahwa selain dirinya masih ada tangan-tangan lain yang terlibat karena ia merasa hanya menjalankan perintah dari tugasnya sebagai pemain, “Saya Dikorbankan” begitu judul yang diangkat Trans7 lewat program sepakbolanya yang ditayangkan hari Minggu, 25 November 2012.

Apapun yang terjadi pada saat itu seharusnya bisa dihindari jika elemen yang terlibat di dalamnya menjunjung tinggi sikap profesional dan sportifitas.

Kini, kejuaraan Piala AFF 2012 sudah digulirkan, semoga saja tidak terjadi lagi tragedi yang tidak hanya membuat malu pelaku tetapi juga dunia persebakbolaan Asia Tenggara.